Hubungan antara China dan Taiwan terus menjadi sorotan dunia, terutama terkait ketegangan yang meningkat dan prospek resolusi melalui negosiasi atau potensi konflik.
Pendekatan China terhadap Reunifikasi
Pada 5 Maret 2025, Perdana Menteri China, Li Qiang, menegaskan komitmen pemerintahnya untuk «memajukan reunifikasi» dengan Taiwan dan menolak campur tangan eksternal. Dalam laporan tahunannya kepada parlemen China, Li menyatakan keinginan bekerja sama dengan rakyat Taiwan demi kebangkitan bangsa China. Menariknya, istilah «damai» tidak disebutkan dalam konteks reunifikasi, yang dapat mengindikasikan pendekatan yang lebih tegas dari Beijing.
Pernyataan Keras dari Kementerian Pertahanan China
Pada 28 Februari 2025, juru bicara Kementerian Pertahanan China, Wu Qian, mengeluarkan pernyataan yang mengancam Taiwan dengan mengatakan, «kami akan datang dan menangkapmu, cepat atau lambat,» setelah Taiwan mengumumkan perluasan latihan militernya. Pernyataan ini menimbulkan kekhawatiran akan potensi eskalasi militer di Selat Taiwan.
Seruan Taiwan untuk Perdamaian dan Dialog
Sebaliknya, Presiden Taiwan, Lai Ching-te, pada 3 Februari 2025, menyerukan dialog dan perdamaian dengan China di tengah perubahan internasional yang signifikan. Lai menekankan perlunya komunikasi daripada konfrontasi, dengan menyatakan bahwa kesejahteraan rakyat harus menjadi tujuan bersama. Ia juga menegaskan bahwa masa depan Taiwan harus ditentukan oleh rakyatnya sendiri dan menunjukkan kesiapan untuk berdialog tanpa prasyarat.
Strategi «Zona Abu-abu» China
Selain ancaman militer langsung, China dapat menggunakan taktik «zona abu-abu» untuk menekan Taiwan tanpa memicu konflik bersenjata. Taktik ini mencakup blokade maritim, serangan siber canggih, dan langkah-langkah ekonomi untuk memutus Taiwan dari pasokan vital dan jaringan komunikasi. Pendekatan ini dirancang untuk menghindari respons militer dari AS dan sekutunya, yang khawatir akan eskalasi konflik yang lebih luas.
Kesimpulan
Ketegangan antara China dan Taiwan menunjukkan dinamika kompleks antara ancaman konflik dan upaya negosiasi. Sementara China menunjukkan sikap yang semakin tegas terkait reunifikasi, Taiwan terus menyerukan dialog damai dan penentuan nasib sendiri. Masa depan hubungan kedua entitas ini akan sangat dipengaruhi oleh bagaimana komunitas internasional merespons dan peran aktor-aktor kunci dalam menjaga stabilitas regional.